Mengapa Belajar Ilmu Qira'at?

 

Mengapa Belajar Qira’at?



· Cabang Ulumul Qur’an

Ilmu Qira’at adalah salah satu cabang Ulumul Qur’an yang mempunyai posisi sangat penting dalam kajian ilmu keislaman. Ilmu inilah yang paling konsen meneliti keabsahan teks Al-Qur’an, baik dari segi pengucapan maupun dari segi tulisannya, setelah dianalisis oleh ahli-ahli Qira’at.


· Dikaji Banyak Kalangan

Untuk meneliti keabsahan sebuah teks Al-Qur’an diperlukan rangkaian penelitian mendalam mencakup segi kesahihan sanadnya, kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah Bahasa Arab dan dengan Rasm Utsmani. Ketiga hal ini tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang yang betul-betul ahli di bidangnya.


Beragam Bacaan/Qira’at  


· Mengapa ada beragam bacaan?

Mulanya bacaan Al-Qur’an yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah bacaan yang sesuai dengan dialek Quraisy. Suku Quraisy adalah suku yang mendiami Kota Makkah dan sekitarnya dimana Nabi pertama kali menyampaikan Al-Qur’an dan dakwahnya. Namun, Nabi sangat memahami bahwa Bangsa Arab tidak hanya terdiri dari suku Quraisy. Masih banyak puluhan suku lain yang tersebar di Semenanjung Arab yang memiliki perbedaan dialek. Perbedaan dialek ini ada yang tajam, ada yang ringan dan sedikit.


· Fenomena Idgham

Fenomena bacaan idgham juga demikian. Orang badui seperti Suku Tamim cenderung meringkas ucapan dengan cara mengidghamkan (melempit huruf ke dalam huruf lainnya) agar lidahnya tidak terlalu banyak kerjaan dikarenakan jarak rumah mereka yang berjauhan memerlukan peringkasan yang demikian itu. Berbeda dengan Suku Quraisy yang tidak perlu tergesa-gesa dalam pengucapan huruf. Mereka mengucapkan huruf apa adanya dan pelan.


· Fenomena Takhfif Hamzah

Suku Tamim dalam mengucapkan huruf hamzah dengan tekanan yang kuat. Hal ini dikarenakan jarak antara rumah mereka saling berjauhan sehingga memerlukan tekanan-tekanan tertentu dalam mengucapkannya agar didengar oleh temannya. Sementara Suku Hijaz berada di Sepanjang jalur Makkah dan Madinah, mereka lebih cenderung melunakkan hamzah dengan bermacam-macam cara pelunakan seperti memindahkan harakatnya ke huruf mati sebelumnya atau menggantikannya dengan huruf mad atau membuangnya dan lainnya. Inilah yang menjadi bagian dari fenomena bacaan “Tashil bain baina” dan lainnya. Penduduk Makkah memang orang kota yang tidak lagi memerlukan penekanan dalam mengucapkan hamzah. Sebab menurut pakar bahasa, jarak pemukiman antara mereka sudah demikian dekat dan umumnya pergaulan orang kota sudah demikian halus sehingga ketika berbicara tidak memerlukan penekanan yang keras.


· Fenomena Imalah

Ada kabilah yang dalam bahasa sehari-harinya banyak memakai huruf vocal “e” sebagaimana banyak digunakan oleh Suku Tamim, suku Badui di Semenanjung Arab. Inilah yang akhirnya menjadi bagian dan fenomena “Imalah” pada bacaan Al-Qur’an. Sementara bangsa Quraisy jarang menggunakannya walaupun ada.


· Hikmah

Pertama, dengan adanya keleluasaan ini, Bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan apa yang mudah bagi mereka.
Kedua, dengan pemberlakuan ini, Bangsa Arab merasa memiliki Al-Qur’an karena dialek mereka diakomodasi oleh bacaan Al-Qur’an yang sah. Dengan demikian sosialisasi Al-Qur’an semakin intensif dan dakwah islam semakin meluas secara cepat. 
Satu hal yang tidak kalah penting adalah dengan Ahruf Sab’ah ini terdapat rekam sejarah berbagai macam dialek suku-suku Arab padad waktu Al-Qur’an diturunkan sehingga sangat berguna bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.  


Sumber : Membumikan Ulumul Qur'an (Dr. Ahsin Sakho Muhammad)

Belum ada Komentar untuk "Mengapa Belajar Ilmu Qira'at?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel