Biografi KH. Muhammad Arwani Kudus, pengarang Kitab Faidl Al-Barakat fi Qira'at As-Sab'


KH. Muhammad Arwani bin Muhammad Amin


· Latar Belakang

Sebelah selatan Masjid Menara Kudus, kurang lebih 100 meter, tepatnya di Kampung Madureksan, hidup sepasang suami istri yang bernama H. Amin Said dan Hj. Wanifah. Keduanya tidak hafal Al-Qur’an, namun memiliki kebiasaan mengkhatamkan Al-Qur’an seminggu sekali.
H. Amin Sa’id mempunyai sebuah took kitab yang bernama “Al-Amin”. Toko ini menyatu dengan rumahnya sehingga nama H. Amin sangat terkenal di sekitar Masjid Menara Kudus, masjid yang menjadi tujuan peziarah Walisongo karena didirikan oleh Sunan Kudus. Seberapa sibuknya H. Amin dan istrinya untuk membagi waktu antara melayani pembeli dan membaca Al-Qur’an. Buah hasil dari kecintaan beliau kepada Al-Qur’an adalah dari 12 anak yang dikaruniakan oleh Allah SWT. 3 diantaranya berhasil menghafal Al-Qur’an 30 juz.

Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H/5 September 1905 M adalah hari bahagia, dimana pasangan H. Amin dan Hj. Wanifah dikarunia seorang putra yang kelak mengharumkan nama keluarga dan masyarakat Kudus. Bayi laki-laki ini diberi nama “Arwan” alias Kiai Arwani. Kiai Arwani adalah anak laki-laki pertama atau anak ke-2 dari 12 bersaudara. Jika dilihat dari silsilah keluarganya, H. Amin adalah putra seorang Kiai di Kudus. Dari jalur ibu, Kiai Arwani masih keturunan Pangeran Diponegoro. Akan tetapi, jalur silsilah dari Hj. Wanifah sampai Pangeran Diponegoro tidak seluruhnya melalui jalur laki-laki.
Kiai Arwani kecil tumbuh sebagaimana anak pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda bahwa kelak akan menjadi seorang tokoh besar. Hanya saja, kebiasaan orangtuanya yang mengkhatamkan Al-Qur’an seminggu sekali sangat berpengaruh kepada diri Kiai Arwani kecil.


· Menuntut Ilmu

Kiai Arwani kecil dididik langsung oleh Ayahnya. Beliau belajar membaca Al-Qur’an dan belajar tata cara shalat. Kiai Arwani juga pernah belajar kepada kakeknya, KH. Imam Haramain. Menginjak umur 7 tahun Kiai Arwani masuk Madrasah Mu’awanatul Muslimin Kenepan yang berlokasi di Utara Menara Kudus. Konon ini adalah madrasah yang pertama kali dibangun di Kudus. Diantara pimpinan madrasah ini adalah KH. Abdullah Sajjad, kiai yang kelak menjadi kakek mertua Kiai Arwani. Kiai Arwani juga belajar kepada Kiai Siraj. Ketika ada majlis taklim di Masjid Aqsha Menara, Kiai Arwani juga rajin mengikutinya. Diantara gurunya adalah KH. R. Asnawi, seorang Kiai besar yang turut berjasa dalam pendirian Nahdlatul Ulama’.

Setelah ilmu yang didapat dirasa cukup, Kiai Arwani melanjutkan studinya ke sejumlah pesantren, diantaranya adalah Pesantren Jamsaren Solo, Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Krapyak, dan Pesantren Popongan Solo.
Pesantren Jamsaren Solo saat itu diasuh oleh KH. Idris. Tujuh tahun Kiai Arwani belajar di pesantren ini. Kiai Arwani terkenal sebagai santri yang pandai sehingga Kiai Idris mempercayainya untuk membantu mengajar para santri di pesantren ini. Selain Kiai Idris, Kiai Arwani juga belajar kepada KH. Abdul Jalil dan Kiai Abu Amar.
Selama di Solo, Kiai Arwani meneruskan belajar ke Pesantren Tebuireng yang diasuh oelh Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Beliau mondok di Tebuireng selama 4 tahun. Kiai Hasyim juga mempercayai Kiai Arwani untuk mengajar santri-santri yang ada di kelas bawahnya.

Di Pesantren Tebuireng, Kiai Arwani belajar Qira’at Sab’ dengan kitab pegangan Sirah Al-Qari’ yang merupakan komentar atas kitab Hirz Amani Wa Wajh At-Tahanni atau yang popular disebut Asy-Syatibiyyah. Beliau juga aktif mengikuti kegiatan Bahtsul Masa’il yang diikuti oleh santri-santri yang sebelumnya pernah belajar di pesantren lain.
Berikutnya, Kiai Arwani meneruskan studinya ke Pesantren Krapyak Jogja yang diasuh oleh KH. Muhammad Munawwir. Cukup lama beliau belajar di pesantren ini yakni 11 tahun. Selama 11 tahun di Krapyak, 2 tahun pertama digunakan untuk menghafal Al-Qur’an 30 juz dan 9 tahun untuk belajar Qira’at Sab’ kepada Kiai Munawwir. Konon, hanya Kiai Arwani yang mendapat ijazah Qira’at Sab’ dari Kiai Munawwir. Setelah kepulangan Kiai Arwani, Kiai Munawwir berkata kepada santri-santrinya jika mereka tidak berkesempatan belajar Qira’at kepadanya, sebaiknya belajar kepada Kiai Arwani.


· Mursyid Tarekat

Kiai Arwani mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dipelajarinya dari Kiai Manshur Popongan. Tempat pengajiannya di Masjid Kwanaran. Masjid ini dikelilingi rerimbunan pepohonan yang sejuk sehingga tepat dijadikan munajat/berkhalwat. Orang yang akan masuk tarekat diharuskan melaksanakan shalat istikharah selama 7 hari. Biasanya petunjuknya lewat mimpi, selanjutnya Mursyid akan menerangkan ta’bir tersebut. Lalu dilakukan pembaiatan (janji) dan talqin (bimbingan dzikir).

Pengajian tarekat yang dilakukan Kiai Arwani telah diikuti oleh ribuan orang, baik dari Kudus maupun luar kota. Beberapa santri sampai memperoleh ijazah dari beliau. Diantara mereka adalah KH. Abdullah Salam (Pati), KH. Hasan Mangli (Magelang), Kiai Rifa’I (Banyumas), Kiai Muntaha (Salatiga), Kiai Ma’shum (Ponorogo), Kiai Harun (Bangsri, Jepara), dan lain-lain.


· Karya Tulis

Diantara cara memanfaatkan atau mengamalkan ilmu adalah dengan mengajar dan menulis. Kiai Arwani telah melaksanakan kedua-duanya. Ada dua karya beliau yakni Faidl Al-Barakat fi Sab’ Al-Qira’at dan Risalah Mubarakah. Kitab yang pertama membahas Qira’at Sab’ dan kitab kedua merupakan panduan bagi pengikut tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dimana Kiai Arwani sebagai mursyidnya.

Awalnya, kitab Faidhul Barakat ini tidak boleh dicetak atau diterbitkan meskipun banyak yang memintanya. Murid Kiai Arwani harus menulis ulang kitab tersebut untuk mempelajarinya. Hal ini berdasarkan pesan Kiai Munawwir bahwa hanya orang yang hafal Al-Qur’an saja yang boleh mempelajari Qira’at Sab’, bukan masyarakat umum. Namun seiring berjalanya waktu, kitab tersebut akhirnya diterbitkan. Penerbitnya adalah Maktabah Mubarakah Thayyibah Kudus yang bekerja sama dengan Pondok Huffazh Yanbu’ul Qur’an Kudus.


· Menghadap Sang Pencipta

Setelah puluhan tahun berjuang mengabdi kepada Al-Qur’an dan mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, tokoh kharismatik asal Kudus ini harus menghadap Sang Khaliq. Murid kesayangan Kiai Munawwir ini wafat pada 25 Rabi’ul Akhir 1415 H/1 Oktober 1994 M dalam usia 92 tahun. Pesantren yang ditinggalkannya diasuh oleh KH. Ulinnuha Arwani (Gus Ulin) dan KH. Ulil Albab Arwani (Gus Bab). 
 
 
Sumber : Ulama Penjaga Wahyu (M. Solahudin)




Belum ada Komentar untuk "Biografi KH. Muhammad Arwani Kudus, pengarang Kitab Faidl Al-Barakat fi Qira'at As-Sab'"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel